Pengembangan Proposal Penelitian
Pengembangan Proposal Penelitian
|
Pengembangan Proposal Penelitian
|
Program Pengembangan Metode Penelitian Kebijakan
|
Modul 1A : 25 Februari - 7 Maret 2013 |
Modul 2A1 : 8 - 10 April 2013 |
Modul 2B1 : 26 - 30 April 2013 |
Pengumpulan Proposal : 22 Mei 2013 |
Modul 2.A.1. Karakteristik Health Policy and System Research
|
Features that define HSPR :
|
Elements in HSPR : Four central elements in HPSR are:
The issues related to each of these elements can be understood through a range of definitions, concepts and frameworks, which also help to generate relevant and appropriately framed research questions. Such frameworks allow us to understand the various elements, characteristics and dimensions of a health system; and to identify the different connections and interrelationships within a health system that need to be considered in order to strengthen them. New health policies represent efforts to introduce deliberate and purposeful change within health systems. deas and concepts related to policy and the analysis of such policy are an important part of HPSR. In seeking to support better policy implementation, it is critical that we understand the factors that influence policy outcomes. Through understanding the nature of policy and the processes of policy change, we gain new insights that help to explain how health system actors, and the relationships of power and trust among them, influence health system performance.
|
(Source :Methods For Policy Research : Applied Social Research Methods Series ; v.3), Ann Majchrzak. Sage Publications : Newbury Park, London, New Delhi, 1984)
Policy Research, therefore, is defined as the process of conducting research on, or analysis of, a fundamental social problem in order to provide policymakers with pragmatic, action-oriented recomendations for alleviating the problem. Policy research is unique in focusing on action-oriented recommendations to fundamental social problem. Figure 1. presents a simplified typology of different research procesess.
Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa policy research memiliki tingkat orientasi aksi (Action-Orientation) yang tinggi atau strategis serta lebih berfokus pada masalah - masalah sosial fundamental.
Characteristics of Policy Research Studies :
Lucy Gilson, ed. (2012). Health Policy and Systems Research: A Methodology Reader
Alliance for Health Policy and Systems Research, World Health Organization
Ann Majchrzak. Methods For Policy Research : Applied Social Research Methods Series ; v.3),. Sage Publications : Newbury Park, London, New Delhi
Dengan mengacu pada definisi dan beberapa karakteristik Riset Kebijakan dan Sistem Kesehatan
File ditulis dalam word dan diberi kode: XYYYM2A1.doc dan dikirim sebagai attachment.
Keterangan:
X = nomor fasilitator anda.
YYY = kode nama peserta
M2A1 = Modul2A1
Jangan lupa memberi cc ke email setiap fasilitator yang telah ditunjuk untuk anda.
Tugas paling lambat dikirim hari Rabu tanggal 10 April pukul 24.00.
Modul 1e. Penelitian Kebijakan dengan Menggunakan Data Besar
|
Modul 1d. Topik – Topik Prioritas dan Isu – isu Penting
|
Modul 1c. Desentralisasi di Sektor Kesehatan dan
|
JUDUL RISETPengaruh Kepemilikan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin terhadap status kelahiran dan kejadian stunting baduta Indonesia (Analisis Data IFLS 1993 – 2007) DATA PENELITI
ABSTRAKLatar belakang. Pemerintah Indonesia telah merumuskan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah kesehatan dan gizi, diantaranya program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) yang diberlakukan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (SK Menkes RI) No. 1241/Menkes/SK/XI/2004 sebagai amanat UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Surat keputusan tersebut diperkuat dengan SK Menkes RI No. 56/Menkes/SK/I/2005 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (PJKMM) Tahun 2005. Namun cakupannya masih rendah, hal ini diperkirakan akan berdampak pada kondisi status kelahiran dan status gizi baduta masih berada dalam angka yang memprihatinkan. Angka kejadian BBLR saat ini belum ada kecenderungan penurunan. Masalah lain yang juga menjadi masalah global adalah tingginya prevalensi balita stunting di Indonesia. Masalah status kelahiran dan stunting menunjukkan pentingnya fokus perhatian pada Ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta) karena perionde ini merupakan periode kritis, yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan bersifat permanen. Tujuan. Membuktikan pengaruh disparitas kepemilikan jaminan kesehatan masyarakat miskin terhadap status kelahiran dan kejadian stunting baduta Indonesia. Metode. Penelitian ini menggunakan paradigma positivist dengan pendekatan crossectional study berdasarkan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 1993-2007. Sampel adalah seluruh keluarga yang mempunyai bayi dan balita secara random terjaring dalam IFLS1 (1993) sampai IFLS4 (2007). Bayi dan baduta yang terpilih menjadi sampel dengan kriteria insklusi, yaitu: Anak Kandung, lahir hidup dan lahir tunggal, Anak tinggal dengan orang tua kandungnya (ayah dan ibu), Anak ditimbang berat lahir dan tersedia data umur kehamilan, Pada pelaksanaan IFLS1 anak berusia 0- 2 tahun, anak tetap hidup sampai usia 0-2 tahun. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengindetifikasi pengaruh kepemilikan jaminan kesehatan masyarakat miskin akan memperbaiki status kelahiran bayi dan kejadian stunting pada baduta Indonesia dengan mengontrol variabel konfounding.
|
JUDUL RISETPerancangan dan Penyusunan Naskah Akademik Untuk Kebijakan Pengangkatan, Penempatan dan Pemberhentian Dokter Spesialis di RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu DATA PENELITI
ABSTRAKRumah Sakit Umum Daerah Curup merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Rejang Lebong dengan klasifikasi C. Berdasarkan Permenkes RI nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, standar dokter spesialis berjumlah empat, yaitu dokter spesialis obgyn, dokter spesialis anak, dokter spesialis dalam dan dokter spesialis bedah serta empat dokter spesialis penunjang medik. Kenyataannya, sejak berdiri tahun 1970 jumlah dan jenis dokter spesialis tidak pernah lengkap. Kondisi keterbatasan jumlah dan maldistribusi dokter spesialis di Kabupaten Rejang Lebong juga dirasakan sama di beberapa daerah Indonesia. Padahal pemerintah akan memberlakukan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU-SJSN) pada tahun 2014. Agar dana jaminan kesehatan yang diatur dalam UU SJSN tersebut termanfaatkan, maka dibutuhkan pemerataan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, termasuk dokter spesialis. Tidak adanya kebijakan lokal mengatur tentang pengangkatan-penempatan dan pemberhentian dokter spesialis di Kabupaten Rejang Lebong merupakan penyebab terus terjadinya ketidaklengkapan dokter spesialis di Kabupaten Rejang Lebong. Tujuan penelitan ini adalah memberi masukan/rekomendasi dalam bentuk naskah akademik sebagai bahan penyusunan dan penetapan kebijakan pengangkatan, penempatan dan pemberhentian dokter spesialis di Kabupaten Rejang Lebong. Jenis penelitian ini adalah studi kasus disain tunggal melalui metode kualitatif yang bersifat eksploratif dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Sasaran yang akan digali dari informan dan sekaligus menjadi core analysis penelitian ini adalah: menggali dan menganalisis persepsi informan mengenai latar belakang, pertimbangan filosofis, pertimbangan sosiologis, dan pertimbangan yuridiksi yang diperlukan untuk merancang dan menyusun naskah akademik sebagai cikal bakal peraturan daerah tentang pengangkatan, penempatan dan pemberhentian dokter spesialis di Kabupaten Rejang Lebong. Sample diambil secara purposive. Pemilihan sampel didasarkan pada unsur yang akan mempengaruhi dan unsur yang akan dipengaruhi/terpengaruh dalam penyusunan kebijakan publik tentang pengangkatan, penempatan dan pemberhentian dokter spesialis di Kabupaten Rejang Lebong. Sehingga, informan penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang akan mempengaruhi adanya kebijakan tersebut dan kelompok yang akan dipengaruhi/terpengaruh bila ada kebijakan tersebut.
|